Dalam menulis sebuah esai beasiswa, harus
mengikuti panduan/persyaratan yang diminta oleh masing-masing beasiswa. Secara
umum, esai beasiswa membahas tentang diri kamu. Diman kamu menyelesaikan
pendidikan sekarang, jurusan yang sedang kamu guluti, mengapa kamu memilih
jurusan itu, jangka ke depan yang ingin dicapai, dan kontribusi kamu dalam
keterlibatan beasiswa yang akan kamu ikuti jika nantinya kamu lulus. Berikut
saya bagikan contoh esai beasiswa sederhana, kebetulan saya dulu pernah ikut
beasiswa tanoto foundation tahun 2012/2013. Seleksi berkas saya lulus.
Setelah lulus dari Sekolah
Menengah Atas (SMA) pada tahun 2010, saya memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan saya ke Perguruan Tinggi. Alasan saya ingin melanjutkan pendidikan
ke Perguruan Tinggi adalah agar di masa yang akan datang saya mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan hanya lulusan SMA. Saya
bertekad keras untuk melanjutkan pendidikan meskipun keadaan ekonomi orangtua
kurang mampu. Saya memilih Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Universitas
Sumatera Utara. Alasannya orangtua saya melarang saya untuk berkuliah di luar
pulau Sumatera karena memang keterbatasan dalam hal dana. Bapak saya sudah
meninggal pada tahun 2007 yang lalu dan saya adalah anak lelaki yang tertua di
keluarga saya. Jadi ibu saya lebih membutuhkan kehadiran saya menggantikan
bapak saya agar lebih bersukacita. Jika kuliah di luar pulau Sumatera, tentunya
butuh biaya yang besar. Lagipula sulit untuk pulang kampung setiap bulannya
(kecuali liburan semester yang panjang). Beda halnya jika saya berkuliah di
Sumatera. Tentunya jarak sudah dekat dan untuk pulang kampung tidak harus
menunggu libur panjang. Untuk itu saya memilih USU (Universitas Sumatera utara)
sebagai tempat melanjutkan pendidikan saya. Karena Universitas ini adalah yang
terbaik di Sumatera Utara selain itu telah banyak juga meraih prestasi-prestasi
gemilang di tingkat nasional maupun internasional. Ya, tetapi saya tetap pada
satu kesepahaman dengan yang lainnya bahwa semua Universitas/Sekolah Tinggi di
Indonesia adalah sangat baik. Masalah baik atau buruknya prestasi atau kelakuan
mahasiswa/i itu tergantung pribadinya masing-masing untuk mau melangkah maju
atau tidak. Melalui tes SNMPTN (Tidak mengikuti program bimbingan
belajar/intensive) saya memilih jurusan kehutanan yang memiliki banyak daya
tampung dan saya berfikir bahwa jurusan kehutanan ini bagus sekali untuk masa
depan saya. Apalagi jurusan kehutanan di Sumatera Utara hanya ditemukan di
Universitas Sumatera Utara. Selain itu, Indonesia memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi, hutan mangrove yang terluas di dunia, dan
memiliki hutan alami (virgin forest) yang menghasilkan kayu dan hasil hutan non
kayu. Contohnya saja di Sumatera Utara, yang menjadi produk andalan HHNK (Hasil
Hutan Non Kayu) adalah kemenyan dan gondorukem yang memiliki nilai jual yang
sangat tinggi jika dibandingkan dengan kayu dan ini perlu dikembangkan. Oleh
karena itu, melalui tangan-tangan para rimbawan dan sarjana kehutanan produk
ini dapat dilestarikan dan dikembangkan. Menjadi seorang Rimbawan berarti turut
melestarikan hutan, hasil, dan fungsinya. Bekerja menjadi seorang rimbawan
berarti bekerja demi nusa dan bangsa. Meskipun jauh di tengah kota tetapi saya
bergembira karena dapat mengabdi untuk dunia. Setelah lulus kuliah dengan
menyandang gelar sarjana kehutanan, saya ingin bekerja di Departemen Kehutanan.
Saya juga ingin mempebaiki keadaan ekonomi keluarga kami. Hal yang
menginspirasi saya yaitu saudara saya yang bekerja di kantor kehutanan selaku
bendahara dan persetujuan pemasukan kayu hutan. Saudara saya ini juga telah
lama ditinggal suaminya, namun dapat membutuhi seluruh kebutuhan anak-anaknya
yang bersekolah dibangku PTS. Bayangkan saja berapa dana yang harus dikeluarkan
untuk membutuhi 3 (tiga) orang anak yang berkuliah di PTS. Tetapi keputusan itu
tetap berada di tangan Tuhan. Tentunya untuk mencapai itu, saya telah berusaha
semaksimal mungkin belajar, berorganisasi, dan berdoa. Ya, Ora Et Labora
(Bekerja sambil berdoa). Waktu yang saya punya tidak saya buang dengan percuma.
Karena “Time is money and sword”. Ya, waktu itu adalah uang dan pedang. Saya
harus banyak mencari-cari informasi mengenai lowongan pekerjaan kehutanan dan
saya juga harus menambah wawasan yang lebih di bidang kehutanan sehingga lulus
tidak hanya dengan IPK yang baik, namun juga memiliki emosional, pengetahuan,
keterampilan, dan akhlak yang baik. Saya berusaha meraih IPK terbaik setiap
tahunnya. Dan terbukti! Semeter ganjil saya mendapatkan IP yang terbaik di
kelas dan semester genap kemarin saya mendapatkan IPK urutan dua terbaik di
kelas. Tahun 2011 yang lalu saya meraih juara II dalam lomba “Jungle Huta” di
kampus dalam perlombaan gagasan ilmiah mengenai lingkugan hidup. Waktu saya
habiskan untuk bergaul karib dengan buku. Karena saya memiliki prinsip hidup
yang mungkin hampir sama dengan yang lainnya. Disaat yang lain duduk, saya
harus sudah berdiri. Disaat yang lain merangkak, saya harus sudah berjalan.
Disaat yang lain berjalan, saya harus berlari. Dan disaat yang lain berlari,
saya harus sudah terbang. Ingin menjadi pemenang harus melakukan lebih dari
orang lain. Saya juga berusaha mencari program-program beasiswa untuk
melanjutkan kuliah saya. Ya, inilah salah satunya yaitu hendak meraih beasiswa
“Tanoto Foundation”. Saya berharap besar bisa mendapatkannya karena saya
melihat keadaan ekonomi orangtua saya yang
berprofesi hanya sebagai pedagang yang sebenarnya tidak mampu untuk menyekolah
saya di USU ini. Apalagi rasanya makin sulit keadaan ekonomi keluarga saya
sejak ditinggal seorang bapak. Belum lagi untuk makan dan sekolah adik-adik
saya. Saat liburan semester, saya membantu orangtua saya ke pajak untuk
berjualan. Karena ketika sudah masuk kuliah saya tidak lagi dapat membantu
orangtua di rumah secara langsung. Terkadang pun untuk menghemat uang saya
harus menghemat jatah makan dari yang sebenarnya. Hal ini karena uang kiriman
yang diberikan jumlahnya juga terbatas setiap bulannya. Tetapi saya percaya,
ketika saya tetap berpegang pada janji-janji-NYA yaitu bahwa semuanya akan
indah pada waktunya tentunya. Terkadang saya lelah ketika harus bertahan. Namun
saya tetap mengimani bahwa janji Tuhan atas hidup saya dan keluarga saya selalu
penuh dengan damai sejahtera. Disaat kami jatuh sekalipun namun tangan
kasih-NYA tak pernah lepas dari hidup kami.
wah, so sweeett.. :) semangat. Tuhan memberkati
BalasHapusSaya seorang mahasiswa Program Studi Prancis Universitas Indonesia. Saya rasa saya cukup beruntung sebagai mahasiswa yang bisa belajar dan jajan dengan cukup mudah. Namun, saat membaca essay ini saya terlempar untuk jauh lebih bersyukur dengan apa yang saya punya sekarang dan merasa mawas diir agar tidak menjadi pribadi yang lupa diri. Saya tahu benar banyak pelajar yang kesulitan dana untuk mengenyam pendidikan, dan secara objektif Anda hanya satu dari mereka, tetapi ini pastilah tulisan yang sangat baik karena saya membacanya sambil menagis.
BalasHapusSaya mahasiswa teknik, Unhas makassar,,,, sy suka sekali sengan esai saudara .. thx untuk motivasinya .. JBU, Tuhan Berkati
BalasHapustrus, dapat gak beasiswa tanoto nya?
BalasHapuskalo boleh tau, nominal per bulannya berapa ya?
terlepas dari bahwa isi esai ini benar seperti keadaanmu sesungguhnya, atau hanya "kisah nyata dengan sedikit improvisasi, tetap saja tulisan ini menginspirasi. good job bro, GBU
BalasHapusGreat post! Saya juga ada nih pengalaman dapat beasiswa Tanoto http://dwipw.com/pengalaman-beasiswa-tanoto-foundation/
BalasHapushttp://dwipw.com/pengalaman-tes-psikologi-dan-fgd-seleksi-beasiswa-tanoto/
subhanallah , tetap semangat!!!
BalasHapusthank and keep spirit bro!
BalasHapusBagaimana dengan sy usia sdh kepala 5 (55) apkah msh bisa dapt bea siswa dr Tanoto Foundation?
BalasHapus